Sovereignty | Kedaulatan

Indonesian version below | Versi Bahasa Indonesia di bawah

It is safe to say that the topic of the sovereignty of God is not something that is familiar anymore to Christians today, much less to society as a whole. The idea that there is a “higher being”, who is in control not only over the laws of nature, but over our lives as well, is too absurd for the modern man to handle. Thus, the so-called Christian community decided a fair amount of time ago that it was going to avoid talking about this particular controversial topic and swerve the attention of the world to another type of god: a god who is all love and no wrath, a god who perpetually extends his hand to mankind, with no control over anything whatsoever. The world recognizes the “Christian God” as a being that can be manipulated, someone who can be rejected and whose offer of salvation remains the same. The world assumes that he is folding his hands and waiting for us to repent, that he will helplessly weep when we do not search for him.

The portrayal of God in today’s day and age is a miserable caricature in comparison to the God of the Bible. Who is the God of the Scriptures? He is the Creator of heaven and earth. His domain encompasses the known universe and that which humans are yet to discover. Nothing happens without His consent. The laws of nature obey His decrees. He proclaims justice and righteousness with complete authority. The host of the heavens bows before Him. The realm of the dead is under His supreme control. It is truly a sign of our utmost audacity that we dare to rebel against the King of the Universe. However, at the same time, it is also a sign of the deepest of love that the very same King, for the salvation of mankind, sent His Son to die on the cross.

Make no mistake, the God of the Bible hates sin and chaos. He has sworn to purge it out of His creation, and He intends to fulfill that promise. Salvation is offered to all men in Christ, that is true, but let us not be so foolish as to even for a second believe that we can trifle with His grace. The Christian God is not a God of maudlin sentimentality or an object of pity that is “trying His best to save mankind”. The Christian God is sovereign, and God’s sovereignty refers to His supreme authority as Creator and Ruler of the universe, establishing His all-reaching right of rule throughout history and above all creation. He gives grace to whom He pleases and takes that grace away according to His wisdom. Therefore, let us in humility, while He is still willing, beg for His forgiveness and submit to His Son, and in that, return to Him all the glory that He deserves.


Aman untuk mengatakan bahwa topik kedaulatan Allah bukanlah sesuatu yang umum untuk orang Kristen masa kini, apalagi untuk masyarakat secara keseluruhan. Gagasan bahwa ada “instansi yang lebih tinggi” yang memegang kendali, bukan hanya atas hukum alam, tetapi juga atas kehidupan kita, terlalu absurd untuk diterima oleh manusia modern. Dengan demikian, sebuah komunitas yang notabenenya adalah komunitas Kristen memutuskan untuk menghindari berbicara tentang topik ini dan mengalihkan ketertarikan dunia kepada jenis “tuhan” yang lain: Tuhan yang adalah mahakasih dan tidak pemarah, tuhan yang senantiasa mengulurkan tangannya kepada umat manusia, tanpa kontrol atas apapun. Dunia mengerti “Tuhan orang Kristen” sebagai suatu makhluk yang dapat dimanipulasi, dapat ditolak, dan tawaran keselamatan yang diberikannya selalu sama. Dunia berasumsi bahwa dia menunggu kita dengan sabar untuk bertobat, dan dia akan menangis tanpa daya ketika kita tidak mencari dia.

Penggambaran Tuhan masa kini adalah karikatur yang menyedihkan jika dibandingkan dengan Tuhan dalam Alkitab. Siapakah Tuhan di Alkitab? Dia adalah pencipta langit dan bumi. KeberadaanNya melampaui alam semesta yang bahkan belum dimengerti oleh manusia. Tidak ada yang dapat terjadi tanpa persetujuanNya. Hukum alam mematuhi perintahNya. Ia menyatakan keadilan dan kebenaran dalam otoritas yang sempurna. Bala tentara surga tunduk di hadapanNya. Alam maut berada di bawah otoritasNya. Ini merupakan bentuk kelancangan kita yang paling ultimat, bahwa kita begitu berani untuk memberontak kepada sang Penguasa alam semesta. Namun di lain sisi, ini juga merupakan bentuk terdalam dari cinta sang Raja yang sama, yaitu mengirim anakNya untuk mati di atas kayu salib, demi keselamatan umat manusia.

Harap jangan salah mengerti, Tuhan Alkitab membenci dosa dan kekacauan. Ia bertekad untuk membersihkan ciptaanNya dari hal itu dan Dia setia terhadap janjiNya. Keselamatan ditawarkan kepada semua orang dalam Kristus, hal ini benar, tetapi janganlah kita menipu diri dan mempercayainya meski sedetik pun, bahwa kita bisa bermain-main dengan anugerahNya. Tuhan orang Kristen bukanlah Tuhan yang sentimental ataupun makhluk yang menyedihkan, yang “berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan umat manusia”. Tuhan orang Kristen adalah Tuhan yang berdaulat, dan kedaulatan Tuhan dikaitkan kembali dengan otoritasNya yang mutlak sebagai Pencipta dan Penguasa alam semesta, yang mengesahkan hakNya yang mutlak untuk berkuasa sepanjang sejarah dan atas seluruh ciptaan. Ia beranugerah kepada siapapun yang dikehendakiNya dan merenggut anugerah sesuai dengan kebijaksanaanNya. Dengan demikian, marilah kita dengan rendah hati, selagi Dia masih berkehendak, memohon atas pengampunanNya dan tunduk kepada anakNya, dan dengan demikian mengembalikan seluruh kemuliaan yang layak Dia terima.