Sesi III
Oleh: Pdt. Ivan Kristiono
Yohanes 3:36 „Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.“ Tuhan adalah Tuhan yang menyatakan diri-Nya, memberikan wahyu-Nya hingga manusia tidak meraba-raba agar dapat mengenal Tuhan. Tuhan yang sejati bukan hasil dari filosofi, Tuhan yang sejati bukan hanya hasil imajinasi dari manusia. Kalau ada Tuhan, seperti Sinterklas yang memberi terus menerus, kita proyeksikan Tuhan dari apa yang kita lihat. Tuhan yang sejati adalah Tuhan yang meberikan wahyu-Nya hingga kita tidak meraba-raba.
Pemahaman akan Tuhan yang benar akan mempengaruhi bagaimana kita meresponi keselamatan kita. Kita tahu bahwa Kristus mati diatas kayu salib. Ketika Tuhan menyelamatkan kita, kita diselamatkan dari apa? Ada yang mengatakan, „Saya diselamatkan dari kebodohan.“ Ada yang mengatakan Kristus datang menyelamatkan manusia dari rasa malu, dari rasa gelisah, rasa bersalah. Ada yang berkata Dia menyelamatkan manusia dari masyarakat yang korup, dari penindasan kapitalis, dsb. Benarkah itu semua arti dari kematian Kristus?
Dalam abad ini Tuhan didefenisikan sebagai pribadi yang lemah lembut, yang bisa dijadikan best friend forever. Ada juga yang membuat Tuhan itu seperti cheerleader yang senantiasa menyemangati, yang membuat manusia percaya pada dirinya sendiri bahwa dirinya bisa. Apakah Kristus seperti itu? Ada juga yang mengatakan Tuhan adalah Tuhan yang kasih. Itu kebenaran. Tetapi Tuhan yang kasih itu juga Tuhan yang adil, yang tidak bisa begitu saja melepaskan manusia dari upah dosanya. Para penjahat seperti kita tidak dapat begitu saja dilepaskan atas nama kasih. Orang di dunia ini ingin damai tanpa keadilan, tetapi Tuhan memberi kita damai melalui keadilan. Hakim yang baik, hakim yang kasih adalah hakim yang menjatuhkan keadilan setimpal dengan apa yang dilakukannya.
Ada yang berkata (ransom theory) bahwa Tuhan itu mati menebus kita dari tangan setan. Benarkah demikian? Tidak! Allah menebus kita bukan dari tangan setan melainkan dari maut. Upah dosa adalah maut! Moral influence theory (Peter Abelard) mengatakan salib adalah momen dimana Allah mendeklarasikan „Aku mengasihimu!“ Teori selanjutnya, salib adalah tempat dimana Allah ingin mengajarkan manusia mengenai ketaatan. Benarkah hanya demikian? Dalam perjanjian lama Allah mengajarkan korban persembahan. Domba itu menggantikan apa? Kita diselamatkan dari apa? Dari dosa kita yang akhirnya akan dimurkai oleh Allah. Allah adalah Allah yang murka terhadap dosa. Paul Washer mengandaikan:
„Seringkali manusia menggambarkan hubungan manusia dengan Allah itu seperti manusia yang sedang mengepal tangan kepada Allah, dan Allah hanya tersenyum dan membuka tanganNya mengajak orang yang mengepalkan tangannya itu untuk datang kepada Tuhan. Benarkah demikian? Salah. Tuhan adalah Tuhan yang murka terhadap kita yang memusuhi Dia. Kita salah memilih musuh. Tuhan menjatuhkan murkanya pada kita. Setiap kita akan dilemparkan ke neraka karena murka Tuhan terhadap kita.”
Dalam perjanjian lama Tuhan menghukum Israel dengan memberikan ular. Ular itu membunuh banyak manusia, kemudian Tuhan berkata „Naikkan ular itu, barangsiapa yang melihatnya akan diselamatkan.“ Tuhan memang Tuhan yang adil tapi dia juga kasih. Yesus menanggung berapa berat dosa manusia, sampai Allah pun memalingkan wajah-Nya. Betapa ngerinya ketika Bapa menjatuhkan murka-Nya kepada Anak, itulah yang paling ditakutkan oleh Yesus. Maka ketika salib itu ditinggikan dan Allah menjatuhkan penghakiman-Nya, barangsiapa yang melihat kepada salib itu, dia akan diselamatkan. Tuhan adalah Tuhan yang adil sekaligus kasih. Dia menanggung murka Allah sebagai korban pendamaian manusia dengan Allah.