Renungan: Mempersiapkan dan Menjaga Keluarga dalam Tuhan

dibawakan oleh: Pdt. Billy Kristanto

Bagaimana pandangan kelaki-lakian dan kewanitaan yang alkitabiah? Seringkali pandangan kita tentang hal ini dipengaruhi oleh kebudayaan. Walaupun di satu sisi kebudayaan memang bentuk dari Wahyu Umum yang diberikan oleh Allah, namun kita harus berhati-hati karena di sisi lain kebudayaan juga dipengaruhi oleh dosa.

Biblical Manhood

Sifat apa saja yang seharusnya dikejar oleh laki-laki dan dinilai baik oleh wanita?

1. Leadership (Kepemimpinan)

Kepemimpinan yang dimaksud disini merupakan spiritiual leadership (kepimimpinan spiritual). Laki-laki yang tidak bisa memimpin tidak mungkin menjadi suami yang baik. Bahkan meskipun pasangan tersebut seiman, namun laki-laki memiliki spiritualitas yang kurang dari wanita, maka pernikahan tersebut akan banyak masalah karena perempuan yang harus memegang kendali dan memimpin secara spiritual. Jika begini maka pada akhirnya perempuan tersebut menjadi ibu, bukan istri. Sebaliknya, kebudayaan timur memang menekankan sifat laki-laki untuk memimpin, namun jika tidak hati-hati maka bisa cenderung menjadi kepemimpinan yang bersifat diktator. Sifat pemimpin yang Alkitabiah bukan seperti itu. Kepemimpinan yang spiritual berarti love, guidance, and initiative.

2. Masculinity

Alkitab menekankan sifat maskulin yang berupa divine masculinity, bukan sekedar machismo dunia. Pria harus bisa melindungi keluarganya, namun bukan melindungi dalam konteks melindungi dari copet, dimana laki-laki harus berbadan besar, ataupun melindungi dalam arti laki-laki harus menjadi handyman yang bisa melakukan segala sesuatu. Konsep Alkitab tentang melindungi adalah pengorbanan, kasih, bimbingan dan insiatif.

3. Fighting Spirit in Work

Baik laki-laki maupun perempuan bertanggung jawab akan panggilan Tuhan dalam bidangnya. Disini ditekankan peran laki-laki untuk menyediakan bagi keluarganya (to provide).

4. Humility (Rendah Hati)

Laki-laki perlu belajar untuk rendah hati, dalam arti bisa meminta maaf, terutama kepada ordo dibawahnya. Laki-laki yang terlalu sombong meminta orang lain untuk mengerti kesalahannya.

Selain meminta pengampunan, rendah hati disini juga berarti bisa menerima nasehat. Mudah untuk menerima nasehat dari orang yang diatasnya, namun dari orang dibawahnya susah. Padahal laki-laki dan wanita sama-sama merupakan murid Kristus. Yesus sendiri yang sangat maskulin bilang bahwa Aku rendah hati dan lemah lembut.

5. Gentleness (Kelemah Lembutan)

Seseorang disebut lemah lembut jika kelemah lembutan itu ditujukan bukan ke ordo diatasnya melainkan ordo dibawahnya, yaitu wanita. Jika laki-laki tidak lemah lembut, maka akan terjadi kekerasan secara verbal. Laki-laki seperti ini bukan seorang laki-laki yang gentleman. Sayangnya di jaman sekarang, istilah gentleman sudah begitu direduksi menjadi sekedar laki-laki yang membukakan pintu, membawakan barang. Laki-laki yang gentleman adalah laki-laki yang bisa menghargai (honor) wanita. Perlu diingat disini bahwa istilah yang dipakai adalah honor, bukan respect. Respect atau menghormati itu harus dilakukan oleh wanita terhadap laki-laki, karena dari ordo dibawah ke ordo diatas.

6. Self-Control (Penguasaan Diri)

Seperti apa penguasaan diri yang dimaksud? Penguasaan diri disini berarti bisa menahan diri dari nafsu, kemarahan, appetite yang berlebihan.

Biblical Womanhod

1. Kelemah Lembutan

Menjadi perempuan perlu untuk lemah lembut. Tapi, yang dimaksud disini bukan berarti perempuan menjadi penuh self-pity, menjadi cengeng. Ini weak femininity, yang selalu menempatkan diri sebagai korban. Lemah lembut disini termasuk kemampuan untuk bisa mengampuni.

2. Submissiveness (Ketundukan)

Tunduk yang dimaksud berarti teachableness, bisa diajar dan bisa tetap diam. Hawa jatuh karena tidak bisa diam. Harusnya Adam yang mengambil kendali. Ketika Adam dan Hawa digoda oleh ular, Adam tidak terbujuk, namun ia juga tidak menghentikan Hawa. Hawa pun juga tidak tunduk, malah banyak bicara dan tidak bisa diajar.

Submissive disini juga berarti responsif terhadap inisiatif laki-laki, sama seperti jemaat menanggapi inisiatif Kristus. Namun bukan berarti tunduk ini berarti selfless, membiarkan diri menjadi korban dan diinjak-injak! Tidak ada kemuliaan dari diinjak-injak.

3. Memberi Diri untuk Dilindungi

Laki-laki memiliki tugas untuk menyediakan (provide) dan melindungi (protect). Sebagai wanita, jangan sampai laki-laki tidak diberi kesempatan untuk provide dan protect.

Layaknya tugas suami untuk melindungi keluarga, istri harusnya household capable, yaitu memiliki kapabilitas untuk menyediakan makanan. Ini bukan berarti seorang istri yang baik harus pintar memasak, namun seorang istri harus memiliki kepedulian terhadap rumah tangganya, terhadap anak. Keunikan seorang perempuan adalah kemampuannya untuk bereproduksi dan dengan itu juga kemampuan untuk memelihara (nurture, nourish). Seorang ibu tentunya setelah melahirkan anak tidak akan cuma membiarkan saja.

4. Wisdom

Wisdom atau kebijaksanaan sering dihubungkan dengan maskulinitas. Dunia memberi stereotype bahwa laki-laki merupakan makhluk rasional sementara perempuan makhluk emosional. Ini stereotype yang salah. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menuliskan kebijaksanaan dengan artikel feminin. Kata kebijaksanaan dalam bahasa Yunani adalah sofia (lady wisdom). Perempuan diharapkan untuk menjadi bijak, bisa menasehati tanpa mengontrol suaminya. Perempuan yang bijak dapat mempengaruhi suaminya dengan cara persuasi.

Jika kita melihat kasus Hawa, ia digoda oleh setan dengan harapan untuk menjadi bijak namun harapan yang salah. Pengejaran kebijaksanaan yang salah malah bisa menghancurkan sedangkan kebijaksanaan yang sejati bisa membangun bagi suaminya.

5. Inner & Outer Beauty

Dalam Alkitab ditekankan pentingnya inner beauty. Timotius mengatakan bahwa perempuan hendaknya rambutnya jangan berkepang-kepang, hendaknya berdandan dengan pantas. Namun ini juga bukan berarti perempuan tidak harus mementingkan outer beauty. Kecantikan eksternal yang wajar akan mengekspresikan apa yang adala di dalam. Jangan sama sekali tidak memperdulikan kecantikan eksternal dan berpenampilan acak-acak. Jaman sekarang justru perempuan berdandan jika akan keluar, untuk dilihat orang lain, namun jika di rumah berpenampilan acak-acak dan tidak bisa dinikmati oleh suami. Padahal, justru yang seharusnya menikmati kecantikan seorang istri adalah suami. Namun tetap perlu diingat, meskipun kecantikan luar memang penting, outer beauty tidak bisa melampaui inner beauty.

6. Respect

Perempuan yang baik harus bisa menghormati pria sebagai ordo yang diatasnya. Jika tidak maka ia akan kehilangan femininitas. Dalam Alkitab dituliskan “Hai istri-istri hormatilah suamimu” dan “Hai suami-suami kasihilah istrimu”, bukan sebaliknya.

Perempuan yang tidak menikah dan tidak memiliki anak harus berhati-hati untuk menunjukkan otoritas ke atas (laki-laki). Otoritas harus ditujukan ke ordo dibawahnya sehingga ada baiknya jika perempuan yang tidak memiliki anah mempertimbangkan untuk menjadi guru Sekolah Minggu. Kita diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah. Allah kita merupakan Allah yang menunjukkan otoritasnya kepada ordo dibawahnya, yaitu manusia. Maka karena kita merupakan gambar Allah, to be human is to exercise authority. Tapi, otoritas ke ordo dibawahnya.